Senin, 10 Januari 2011

Dilanda Takjub

Tak disangka melepas Juliet dapat Bidadari. Siang itu terik matahari yang menyengat kulit seakan tak terasa karena hembusan udara segar menghempas seiring wanita setengah berjilbab dengan basahan air wudhu yang masih membasahi wajahnya melintas didepanku.
Meski dia menutupi wajahnya dengan menundukan wajahnya kebumi tanpa ada sunggingan senyum di bibirnya, namun kedua matanya sempat membidik pandanganku yang tengah memperhatikan takjub akan pesonanya. Rupanya pandangannya itu membawa panah dan owh,,tak kuasa panahnya tepat mengenai jantungku yang berdetak mulai agak cepat, "racunnya"pun langsung meresap dan mengalir keseluruh tubuhku hingga membuat kedua lulutku goyah dibuatnya. Alhasil, bentengku runtuh jua terhadapnya, entah karena suasana, (yang bermaksud melepas juliet itu) ataupun karena bidikan matanya itu.

Yang jelas, mata yang tajam serta sisa basahan air wudhu yang membalut wajahnya menambah amunisi untuk meluluh-lantahkan hatiku.

Dan ternyata, meski telah beranjak 13 tahun, tatapan itu yang masih mengoreskan hatiku,,,hingga kini, ya sampai saat ini.
Tadinya aku tak percaya dengan kalimat “jatuh cinta pada pandangan pertama,”, tapi nyatanya Tuhan memberi jawaban dengan mempertemukanku dengannya. Pikirku, begitu mudahnya Dia memberi jawaban atas pertanyaan yang dulu sempat menjadi ganjalan pikiranku.
Meski belum pernah bercengkrama, bersosialisasi , dan sharing dengannya, namun aku melihat ketegasan, kemandirian, cerdas, cantik termaktub padanya. itu salah satu faktor aku jatuh hati dan bertekuk lutut dengannya.
Itu dapat kulihat dari acara perekrutan pengurus OSIS baru. Meski enggak pinter-pinter amat waktu di Sekolah Dasar (SD), tapi saat masuk SMP, NEM ku lumayan dari teman-teman sekelasku. Karena itu, sebagai salah satu perwakilan kelas I. III, aku diikutsertakan saat penguursan OSIS berlangsung. Dan dia, salah satu orang yang juga diusulkan dari kelasnya, I. II (Satu Dua).
Ku akui, saat itu, hanya tatapannya yang menjadi alasanku untuk semangat pergi sekolah. Kegiatan belajar mengajar, kongko bareng teman-teman tidak jadi kebutuhanku saat itu, hanya sebatas kebutuhan sekunder bagiku. Tiap kali tatapan itu dibidikan kearahku, rasa ingin memiliki itu semakin meluap.
Hampir tiap kali bertemu bidikan itu kerap saling terima, bahkan dalam jarak yang jauh sekalipun, yang terpenting tidak ada penghalang bagi kami untuk saling pandang.
Tidak hanya itu, tatapannya itu ternyata mampu meresap dan mengawal setiap aliran darah untuk terus dan terus bangkit dari tempat tidur untuk bangkit menuju kamar mandi hingga dinginya air pun terasa hangat. Itu terbukti saat pagi itu ku terbangun dan langsung terhempas dari tempat tidur ku menuju kamar mandi.
Kala itu, siul-siul ku terus mengiringi siraman air yang mengguyur tubuh ku, sabun yang melicini kotoran yang melekat di tubuh ku juga terus ku oles. Tak terasa, saat ku buka pintu kamar mandipun siul ku terus mengiringi langkahku dan pikiran ku tentang mu. Tiba-tiba mama pun terbangun dan menghampiriku sembari menepak punduk ku. “Tumben de pagi-pagi gini udah mandi,” kata mama dengan kasihnya.
“lha bukannya udah biasa ma,?” tanyaku
“emangnya udah biasa mandi jam 3 pagi,” katanya balik...
Ku pastikan lihat jarum jam dengan seksama, tiba-tiba tubuhku lantas menggigil menjawab kenyataan jarum jam mengarah angka tiga.
“Arrrgghh,” ku kenakan kembali baju yang tadi kupakai sembari kembali ketempat tidur dan menarik selimut menyelimuti ujung kaki hingga bagian punduk sembari mendekap guling.
Namun rupanya, perasaan pemaluku terhadap wanita memiliki selaput yang tebal, hingga mampu menahan rasa untuk ungkapkan isi hati ini padamu..
Membutuhkan 2 tahun untuk mengumpulkan kekuatan untuk ungkapkan rasa itu, Hingga tak kuasa ku tahan perasaan itu, akhirnya, untuk pertama kalinya dalam hidup ku, aku menyatakan rasa cinta itu pada gadis empunya tatapan itu..
Meski menunggu hening, namun jujur saat itu getaran nada kalimatku tak bisa ku redam, kalimat itupun harus kukatakan dengan terbata-bata, rasanya lebih baik melawan 9 lelaki (*lebay abiezz..padahal lawan satu orang aja gw takut..heheh) ketimbang berhadapan dengan wanita yang kusayangi... namun, kau belum juga memberikan jawaban tentang perasaanku, bahkan hingga kini (12 tahun kemudian-red) belum ada kalimat yang mengartikan tatapan itu.
Tanpa banyak bicara dan menjawab pernyataanku tentang isi hati, diapun mengayun tangannya menyetop angkutan umum yang akan melintas di tengah jalan raya.
Sontak pikirku dia tidak menerima dan memiliki rasa apa yang aku rasakan, Cinta...ya CINTA...dia tidak mencintaiku seperti aku mencintainya.
Jujur, hingga saat ini, aku masih menunggu kalimat kepastian darimu, meski harus meronta-ronta dan memohon kata perkata darimu hingga tertuang dalam kalimat, pasti aku kan lakukan.
Wanitaku....ku mohon jangan kau biarkan ku seperti ini,,,Meski aku sangat mengharapkan pantulan positif darimu, tetapi aku pun rela dan ikhlas jika makna tatapan itu bermakna negatif,,,kalau memang itu keputusan dan kebahagiaanmu, tak peduli meski hati ini luluhlantah disebabkan kalimat negatif itu, sebab aku sayang dan menginginkanmu bahagia,,,

0 komentar :